Gayus Tambunan : Sebuah nila pada gelas susu almamater dan instansi saya

26 Maret 2010 00.20 By Firdaus , In

Sekarang sedang ramai dibicarakan mengenai sesosok PNS bergolongan III a yang direkeningnya terdapat uang senilai lebih kurang 24 Milyar. Sebuah angka yang fantastis atau mungkin bisa dibilang tidak masuk akal untuk seorang PNS. Pun itu termasuk PNS Direktorat Jenderal Pajak seperti Gayus Tambunan (GT) yang sebulan berpenghasilan resmi 12 Juta.
Yang menarik perhatian saya bukanlah sangkaan adanya korupsi, sebab korupsi di negara ini bukan cuma ada satu, tapi bahkan mungkin ribuan kasus di berbagai instansi. Mulai dari yang korupsi waktu dan fasilitas, sampai yang bermain pada angka milyaran dan mungkin trilyunan. Yang justru menarik perhatian saya adalah ikut ternodanya (lagi) instansi tempat saya bekerja dan kini justru melibatkan nama almamater saya yang kebetulan sama dengan si GT (NB:STAN).
Saya tidak bisa menyangkal adanya berbagai penyelewengan di instansi Direktorat Jenderal Pajak. Namun pasca modernisasi perpajakan yang kini telah mencakup seluruh wilayah RI, telah banyak pegawai pajak yang telah merubah mindset nya. Saya bisa menjamin, sudah lebih banyak pegawai pajak yang jujur dalam bekerja dibanding dahulu. Namun itu tidak 100%. Hal ini karena perubahan yang terjadi tetap saja direspon secara resisten oleh beberapa oknum yang mungkin sudah terlena dengan kehidupan masa lalu yang berlimpah kekayaan haram.
Sejujurnya saya malu atas adanya kasus ini. Bagaimanapun ini tetaplah sebuah nila yang menodai gelas susu instansi dan almamater saya. Cuma satu yang saya harapkan, semoga saya tetap bisa bekerja secara jujur dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan negara, seperti dugaan yang disangkakan kepada si GT. Dan harapan saya lagi, semoga kasus ini tidak serta merta menurunkan kepercayaan masyarakat secara drastis kepada Direktorat Jenderal Pajak. Karena tidak semuanya seperti itu, masih banyak yang hidup pada jalan yang lurus, Insya Allah.

2 Respons:

ipul mengatakan...

betul yang km bilang, korupsi di negara kita memang sudah sangat akut, hanya saja masalah penanganannya banyak dipengaruhi oleh iklim politik juga. ketika seseorang punya pengaruh politik yang kuat dan kira2 bisa mempengaruhi orang lain yang lebih besar maka tindakan korupsinya bolehlah dikesampingkan.

sebaliknya, ada juga para koruptor yang sengaja dikorbankan agar pihak lain terselamatkan..

harus ada reformasi besar2an pada sistem hukum dan politik tanah air..pertanyaannya : siapa yang berani memulainya ? memulai dari mana ? dan kapan harus dimulai ?

:)

26 Maret 2010 pukul 08.27
Unknown mengatakan...

beh..ngemeng belumpa lapor spt ini selama tahun 2009...baik itu masa maupun tahunan... :p

26 Maret 2010 pukul 11.29

Posting Komentar