Ketika Baco Ditanyai

18 Maret 2009 23.37 By Firdaus , In

Dalam suatu kisah, Baco yang seorang mantan aktivis pada parpol Bintang Tujuh ditanyai oleh seorang tetangganya.
Tetangga Baco : "Baco, apa kamu kenal si Bundu yang caleg itu saat kamu masih aktif di Parta Bintang Tujuh dulu???"
Baco : "Iya,ada apa kamu bertanya???"
Tetangga Baco : " Bagaimana sih orangnya????Apa benar dia punya catatan hitam???apa dia itu politisi busuk???"

Baco termenung. Pikirannya terbang sekitar lima tahun lalu saat masih aktif di salah satu partai politik Partai Bintang Tujuh. Dia ingat betul bahwa si Bundu itu adalah sobat dekatnya. Bundu berasal dari keluarga kota yang modern. Sementara Baco orang desa yang melanjutkan kuliah di kota. Keduanya sama-sama berada di Fakultas dan Jurusan yang sama. Bundu banyak membantu Baco dalam banyak hal. Mereka berdua pun bersama-sama masuk ke Parpol Bintang Tujuh. Awalnya Bundu adalah pemuda yang idealis. Namun kedekatan dengan dunia politik memancing hasratnya untuk ikut memiliki kekuasaan. Sayang sekali hasratnya itu telah dirasuki jin sehingga dia pun menghalalkan segala cara. Dan suatu ketika, saat akan ada pemilihan kader untuk mewakili partai ke Pemilu,dia meminta Baco untuk menjadi tim suksesnya. Baco dengan senang hati membantu sahabatnya itu. Namun dalam proses itu, Bundu menggunakan cara-cara yang tidak fair. Dia menyuruh Baco agar membagi-bagikan "amplop" pada kader-kader baru agar memilihnya nanti. Bukan cuma itu, karena memiliki basis massa yang cukup, Bundu meneror pesaingnya sampai ke kediaman keluarga pesaingnya itu dan memaksa pesaingnya untuk "mengalah". Hal itulah yang akhirnya membuat Baco keluar dari Partai Bintang Tujuh. Dia tidak setuju dengan cara-cara Bundu, namun dia juga tak tega melaporkan sahabat dekatnya itu ke Pemimpin partai.

Sekarang Baco ditanya mengenai sahabatnya itu. Apa yang harus dia katakan? Apakah dia akan membongkar aib sahabatnya itu? Atau haruskah dia berbohong dan menghianati idealismenya?? Tiba-tiba sebuah mobil lewat di depan rumah Baco. Itu mobil Bundu. Kaca mobil sejenak diturunkan, dan terlihat Bundu tersenyum menyapa. Mobil itu pun melaju kembali. Melihat senyum kawannya itu, Baco jadi tidak tega. Senyum yang dia lihat itu adalah senyum seorang sahabat saat mereka masih sama-sama di Universitas. Bukan senyum politisi busuk. Boleh saja Bundu pernah berbuat salah, tapi manusia bisa berubah. Dan sudah seharusnya kita berprasangka baik. Yah, mungkin Bundu pernah menjadi sebegitu jahatnya, namun manusia selalu punya kesempatan untuk menjadi baik. Itulah harapan Baco kepada Bundu. Naif memang, namun tidak dapat dipungkiri, hati bukanlah benda yang memiliki sifat inersia.

Baco : " Panjang umur, itu orangnya baru saja lewat"
Tetangga Baco : " Kamu kenal baik ya???bagaimana orangnya??? Apa rumor itu benar???"
Baco : "Baco itu sahabat saya yang sangat baik,... Dia banyak membantu saya"
Tetangga Baco : "Apa dia juga politisi yang baik??"
Baco : "Entahlah, tapi kita selalu punya harapan"

(Cerita ini hanya fiktif belaka, ditulis dengan ditemani Nindy, Titi Kamal dan Anjie Drive, sambil belajar Akuntansi buat ujian besok :p )

1 Respons:

Unknown mengatakan...

jelek tapi lumayan bagus

14 September 2009 pukul 21.47

Posting Komentar