UN oh UN

26 April 2010 20.08 By Firdaus , In

Mirissss...... Pemandangan yang sama hampir setiap tahun diperlihatkan di televisi. Sekumpulan remaja tanggung berpakaian putih abu-abu saling corat-coret baju. Ada juga yang saling semprot cat warna-warni ke rambut, konvoi motor tanpa helm, berdiri diatas motor, berteriak-teriak sampai ada yang saling siram air got. Berbeda dari jaman saya dulu, kini aksi itu ditambah dengan erangan, tangisan, histeria sampai kesurupan. Mereka yang bertingkah seperti yang saya sebutkan terakhir adalah mereka yang tidak lulus. Mereka yang nilainya tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan. Bahkan dari koran lokal Makassar saya membaca ada dua sekolah disana yang ketidaklulusannya 100 %. Parahhhhh....Apakah anak-anak Indonesia sebodoh itu????

Kesalahan Sistem Pendidikan

Saya tidak yakin anak-anak itu bodoh. Mereka hanya tidak tertarik pada sebagian besar apa yang mereka pelajari. Bayangkan saja, hampir seluruh anak sekolah di Indonesia mempelajari berbagai disiplin ilmu. Padahal dalam hati dan bakat mereka, mungkin hanya ada satu dua pelajaran yang pas bagi mereka. Bahkan di kampus pun saya banyak menemukan seorang mahasiswa yang tidak bisa mengerjakan tugas essai ekonominya, namun saat disuruh menjelaskan anatomi motor, dia akan menjelaskannya dengan sangat detil dan baik.Inilah yang saya anggap sebagai kegagalan sistem pendidikan kita. Sistem yang belum mampu menyaring bakat anak-anak. Sistem yang ada hanya menyaring mana yang kuat memaksakan diri belajar dan mana yang tidak sanggup menghadapi kenyataan kebobrokan sistem. Pemerintah harusnya tanggap akan masalah ini. Anak-anak sekolah ini hampir semuanya tertekan dalam proses belajarnya. Inilah yang membuat mereka begitu ekspresif ketika akhirnya mereka bisa lulus, bebas dari tekanan akademis. Sangat jarang yang bisa enjoy dalam menerima pelajaran yang ada. Padahal dengan rasa enjoy tersebut, seseorang akan belajar dengan ikhlas, semangat dan tentu saja dengan inisiatif yang tinggi. Dengan demikian akan dihasilkan generasi yang mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Ujian Nasional Bukan Satu-satunya Penentu Kelulusan

Beberapa waktu yang lalu, pemerintah telah banyak disorot mengenai pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Pelaksanaannya dinilai melanggar UU No 20 tahun 2003 pasal 58 tentang Sisdiknas dimana disebutkan bahwa Ujian Nasioanal bukanlah satu-satunya penentu kelulusan. Hal ini saya rasa adalah sebuah hal yang sangat positif. UN bukanlah sebuah parameter keberhasilan seorang siswa. Bahkan nilai akademik pun tidak menunjukkan kemampuan sebenarnya seorang anak. Nilai akademik baru bisa jadi tolak ukur jika dan hanya jika siswa telah disaring sesuai bakatnya. Sampai kapan pun tidak akan pernah nilai ujian bisa menjadi tolak ukur jika siswa direcoki dengan berbagai pelajaran secara membabi buta. Beban pelajaran yang ada hanya akan membuat siswa tertekan, dan pada akhirnya mereka hanya belajar hanya untuk memenuhi standar dan bukan karena kesadaran untuk pengembangan diri.

Orang Tua sebagai SUmber Ilmu Utama

Terlepas dari semua itu, orang tua adalah peletak dasar keilmuan bagi anak-anak. Bahkan ilmu yang terpenting, ilmu akhlak dan etika, merupakan tanggung jawab orang tua. Orang tua adalah pangkal dari rangkaian proses belajar seseorang. Orang tua harus peka terhadap perkembangan anak. Mereka harus tahu dan bisa membaca bakat dan minta anak-anak dan mengarahkan mereka sesuai minta dan bakat tersebut. Jangan sampai orang tua memaksakan seorang anak untuk memasuki dunia yang tidak disenanginya. Dengan demikian tidak akan ada anak-anak yang tertekan dalam belajar, dan pada akhirnya saya yakin tidak akan adalagi histeria  kelulusan yang berlebihan seperti yang kita lihat sekarang.

(Picture Taken From Media Indonesia )

1 Respons:

ucha mengatakan...

Saya dari zaman sekolah dulu tidak pernah mengerti dengan aktifitas corat-coret macam itu. Bahkan sampai sekarang.

30 April 2010 pukul 11.25

Posting Komentar